Sunday, November 21, 2010

Dari 'Alim kembali Jahil

Bisa tidak, seseorang yang ‘alim menjadi kembali jahil? Alim dan jahil yang saya maksud disini bukanlah dalam artian berpengetahuan dalam Islam dan sebaliknya. Namun lebih ke makna alim = berilmu dan jahil = tidak berilmu/ignorant, meskipun dalam konteks makna keduanya, jawaban pertanyaan di atas tetaplah iya.

Kalau seorang yang alim berada di lingkungan yang jahil, si alim perlu sistem pendukung yang bisa konsisten menjaga, menumbuhkan, dan membagi kealimannya. Facilities. Fasilitas yang bisa dipakai untuk menggerakkan perubahan. Partners in crime. Rekan2 sevisi yang bersama-sama merencanakan dan menjalankan misi perubahan. Cheerleaders. Para penyemangat yang mendengarkan resah dan menjaga nyala api semangat agar tidak padam. And faith. Alasan yang membuat si alim percaya suatu perubahan diperlukan dan dapat terwujudkan.

Jika salah satu komponen hilang, keletihan cepat atau lambat akan mendera. Kita mungkin berpikir bahwa tanpa yang pertama, fasilitas, it’ll be just fine. We’re the idealist. We’ll create the facilities! Kemudian para idealis ini pun berjuang mendapatkan fasilitas yang diperlukan. Akankah berhasil? I don’t know. Tergantung banyak hal. Satu hal yang saya yakin, tidak jarang para idealis ini akan menemui dinding tinggi atau tersandung lalu terjatuh.

Kalau si alim tidak memiliki partners in crime.... Ugh, is this the worst scenario? Bergerak sendirian bukan hanya tidak efektif, tapi juga sangat melelahkan. Kalau tanpa fasilitas, kita seperti grup yang mencoba membuat jalan di hutan, maka tanpa partners in crime kita seperti seorang yang berlari di jalan yang sepi, buruk dan terjal. Lebih cepat melelahkan. Si alim di kasus ini harus menjadi pionir. I wonder, can EVERY one be a pioneer? Can’t one just tell his/herself “Oh, I can’t do this alone. I’ll just come back later when there is someone open-minded here”?

Oke, saya mau berhenti sekarang. Tidak usahlah kita bahas kalau cheerleaders dan atau faith yang hilang. Garis besarnya, kalau tidak mempunyai sistem pendukung, si alim bisa kembali menjadi jahil. Menyerah dan mengikuti arus. Yang berhasil menjaga kealimannya adalah pertama, mereka yang berjiwa idealis dan seorang pionir. Para alim yang juga berjiwa pemimpin dan atau nabi yang piawai mempengaruhi. Atau............kedua, mereka yang keluar dan berlari ke lingkungan lain. Those who simply fly to a better land.