Sunday, December 26, 2010

Ayo, ke stadioooon!

Dian : Saya rekomendasikan untuk menonton timnas live di stadion. :)
Ma-ir: No, thanks. Membayangkan ramainya saja sudah malas hehe. Ayuk (kakak) sih penggila bola :-)

Hmm, jawaban standar untuk yang tidak suka menonton pertandingan bola. Tapi kalau anda suka bola, menurut saya nonton bola live di stadion adalah pengalaman yang layak dicoba, apalagi kalau pertandingan babak final, timnas kita.

Atmosfirnya berbeda. Suara riuhnya bikin seru. Juga gerakan-gerakan masal saat menyemangati.

Saya tidak segila dulu, sih, soal menonton bola. Tapi kalau saya berdomisili di Jakarta, mau dong, nonton timnas main di final suatu kejuaraan, lawan Malaysia pula (Bukannya saya membenci Malaysia, hanya saja sepertinya ada kepuasan ekstra kalau kita mengalahkan tetangga satu ini ;-)).

Tapi ada syarat tambahan: tiket termahal sampai termurahnya bisa dibeli ONLINE. Kalau harus ngantri panjang berjam-jam, seperti kondisi saat ini, nggak dulu deh..
Dian says NO to standing for HOURS in a queue. :)

Saturday, December 11, 2010

Dian i m A: Memori Musim Dingin

Sedang musim salju sekarang di Amsterdam dan duh.. kangennyaaaa dengan Amsterdam. Tulisan ini dibuat untuk menjaga memori saya saja, supaya tidak lupa. ;)

Waktu tahun pertama di Amsterdam (2008), salju tidaklah berkesan. Kalau malam turun salju, keesokan paginya salju sudah mencair. Musim dingin tidak ditandai dengan pemandangan putih salju dimana-mana. Namun begitu, suhu udara tetap saja di bawah nol derajat. Kanal-kanal membeku dan bebek-bebek harus mengungsi ke kanal-kanal yang masih berair. Foto berikut ini foto favorit saya di musim dingin ini, diambil di jalan menuju Bijlmer Arena.


Saya ingat saya mengambil satu intensive course waktu itu (tiga kali seminggu) dan dengan nekatnya walaupun suhu -6 C saya tetap bersepeda ke kampus. Kalau dipikir sekarang, saya hebat juga. Ha ha.. Dari Diemen Zuid ke Amsterdam Central, lho. (Bergwijkdreef ke Roeterstraat)
Eh, dikoreksi, selain hebat, mungkin juga karena saya terpaksa harus berhemat. :p Sewa kamar waktu itu lebih dari separuh uang saku beasiswa.

Tahun kedua di Amsterdam, hujan saljunya serius! Saljuuuu! Cukup mengesankan saat menoleh dari jendela di meja kampus, warna bumi, pohon, dan langit hampir sama. Suatu ketika saya sepedaan ke taman dekat rumah, dan wah.. putih semua! Danau buatan di taman sudah cukup tebal kebekuannya sehingga bisa dilintasi dengan kaki. Anak-anak banyak yang bermain kereta dorong di danau beku ini dengan orang tuanya. Ini foto favorit saya di musim ini, diambil di hari yang sama saat saya melihat bumi, pohon dan langit hampir sama warnanya.



Kecantikan salju datang tidak cuma-cuma. Melainkan dengan penawaran ‘menyakitkan’ yaitu jatuh saat bersepeda. Saya sepertinya tiga kali jatuh dari sepeda.

Bersepeda di jalanan bersalju memang beresiko. Kalau saljunya masih baru, jadi masih seperti es serut, saya sama sekali tidak kuatir. Tapi kalau jalanannya sudah sering dilalui sehingga saljunya sudah menjadi seperti es batu, alamat licin dan terpelanting kalau tidak hati-hati.

Saya ingat waktu kejadian jatuh yang kedua. Jalan yang saya lewati sudah licin dengan es batu dan beberapa saat sebelum jatuh saya berpikir “Oh, no! Oh, no! Bakal jatuh, nih.” Memang ucapan (eh, pikiran) itu bisa jadi doa (sugesti), saya pun jatuh. Untung tidak terpelanting parah.
(Pelajaran: seharusnya kalau bersepeda dijalan yang licin seperti ini, sepeda harus dihujamkan kuat-kuat ke tanah lalu bersepedalah dengan cepat. Bule-bule yang melintas bisa tetap mbalap aja.) Untungnya jalan-jalan sepeda biasanya terbuat dari bahan khusus sehingga saljunya cepat mencair.

Lain lagi ceritanya dengan bersepeda saat hujan salju. Apalagi melawan angin. Salju menerpa ke muka jadi bisa menghalangi pandangan saat bersepeda. Menarik juga sih sebenarnya, kalau hujan saljunya tidak terlalu parah. Salju yang hinggap di mulut dijilat saja. (he he, jorok!)

Anyway, musim dingin tahun kedua ini sepertinya lebih dingin dari tahun sebelumnya. Di musim ini, mata saya selalu iritasi setelah bersepeda lama. Kulit pun menjadi ekstra kering. Selain itu, apartemen saya hanya memiliki satu pemanas di ruang tamu. Di kamar, dapur, dan kamar mandi tidak ada. Pemanas ruangan elektrik kecil yang saya beli untuk dikamar tidak begitu hangat, tapi lumayan membantu. Brrr...

Ah, sedang musim dingin lagi di Amsterdam. I m A...