Thursday, May 21, 2009

Drama seri TV Jepang

Barusan saya nonton bagian terakhir dari episode 1 drama seri Jepang Atashinchi-no-danshi.
Walaupun saya cuma nonton sekeping bagian dari episode pertama, dari deskripsi drama seri tersebut , saya bisa dapat gambaran temanya. Yang menarik buat saya adalah apakah drama seri ini tipikal jepang?
Semua tokoh (sepertinya akan, krn sy belum nonton) digambarkan punya ke"ekstrim"an yg unik dan kemudian akan dibahas satu persatu per episode. Monologue2 dgn kata2 yg, let say "inspirational" akan terlontar, terutama menjelang akhir episode.

Jadi ingat Gokusen, drama seri yg direkomendasikan adik sy, krn temanya ttg guru.
Di Gokusen, tokoh utamanya guru (matematika,lho! :D) yg mengajar di sebuah SMA dg reputasi jelek. Si guru diberikan tugas menjadi wali kelas yg murid2nya masing2 memiliki ke"ekstrim"an yg unik.
Ke"ekstrim"an ini kemudian akan dibahas satu persatu per episode. Monologue2 dgn kata2 yg, let say "inspirational" akan terlontar, terutama menjelang akhir episode.

Lho, saya mengulangi kalimat2 sy sebelumnya ya? :D
Sengaja, karena saya ingin tau, deskripsi sy ttg drama Jepang diatas betul-kah?

What do you think?

P.S.
Saya khatam Gokusen. Kalau dibilang suka, hmm, suka-lah, cuma, seperti komentar saya ke adik saya, things are exaggerated there. Berlebihan. Dibesar-besarkan. Jadi bagi saya tidak membumi. (Dan tidak ada bukti meyakinkan kalo si guru adalah guru matematika. He he he:P)
Pun, Gokusen 2 tidak berhasil menarik minat saya. :D

Friday, May 15, 2009

What makes a good person?

Apa sih kriteria untuk melabeli seseorang "orang yg baik" atau "orang yg buruk/tidak baik"? Apakah kalau tidak pernah menyakiti perasaan orang lain?

Penekanannya disini ada di frase "tidak pernah".
Apakah kalau orang yg setiap salah kemudian menyesal tidak bisa dilabeli dg "a good person"?
Apakah kalau orang yang melontarkan kalimat2 yg ternyata menyakiti orang lain kemudian meminta maaf tidak bisa dilabeli dg "a good person"?

Mungkin "tidak pernah" terlalu ekstrim, karena mungkin ada orang yg kontrol dirinya cukup bagus sehingga tidak penah menyakiti perasaan orang lain. Jadi bagaimana kalau pertanyaannya diganti.
Apakah kalau now and then (kadang-kadang) seseorang melontarkan kalimat yg menyinggung tapi selalu kemudian merasa bersalah dan meminta maaf dilabeli "orang yg tidak baik"? Tidak layak dianggap "orang yang baik"?

Tuesday, May 05, 2009

If Only

Doing my assignment, I came to reading the historical 'battle' of Newton and Leibniz.

Several thoughts came into my mind.
1. If only Newton did not stupidly refuse to meet Leibniz, what will we learn in our calculus? Newton should meet people from Open Source community. :D He had his reason but well, knowledge should be free (free in terms in Open Source).

2. The England society was kind of cruel to Leibniz by worshipping Newton. Literaly worshipping him, I guess, as of refusing knowledge from outside England. I believe Leibniz was free of plagiarism of Newton's work and I think two great minds working on the same subject can lead to the same discovery. I am particularly sad to know how Leibniz's life ended. Again, how ironic it is compared to Newton's.

3. This thing reminds me of Piaget and Vygotsky. If only they met. Hmm..., it's amazing now that we take internet for granted.

4. Open source against Microsoft? He he... Not exactly relevant. But the thought does cross my mind. :)

Summing up, these all are just some flashing thought of mine.
We can't change history. Even if we can, changing it will not necessarily lead to a better 'now'.
I wonder though....